Skip to main content

Posts

K E H I L A N G A N

Gue tau, ketika membaca judulnya saja  orang pasti sudah tau akan berbicara tentang apakah part bagian ini.  Kehilangan. Membaca katanya saja sudah mulai sedikit melibatkan hati yang sedikit terasa sesak bukan? jangan bohong. setidaknya jujurlah saja pada dirimu sendiri. Kita semua tahu sedari awal 2020  dibuat terkaget-kaget dengan setiap kepingan-kepingan kejadian. Menyesakkan sekali memang, buatku. Kadang, rasanya terasa sesak sekali. Jiwa terasa diguncang. Gue kira, potongan kepingan itu tidak terjadi di ranah kehidupan gue. Karena gue ngga bisa membayangkan, bahkan terbesit sedikitpun, tidak. Melihat saja mereka yang kehilangan cinta sejatinya, kehilangan super heronya, kehilangan kartini tercintanya, kehilangan beloved child or even children, kehilangan orang-orang terkasihnya,  terasa dihujam beberapa anak panah. Tidak melihat, hanya mendengar perginya beberapa jiwa saudara-saudara di sekeliling saja,  sempurna menciptakan tatapan kosong seketika. Memang, pergi untuk selaman

Catatan Harapan (Waktu yang Mengobati itu, adalah Benar)

Catatan ini lahir dari percakapan ia dan seseorang yang begitu random. Percakapan yang seperti biasa diawali obrolan renyah dan menggemaskan dengan foto-fotonya. Sebetulnya,ia ingin menuliskan apa yang akan ingin ia sebenarnya ceritakan ini sedari sore tadi. Namun, ia terlanjur terlelap tidur. Kemudian, di akhir-akhir pembicaraan ia teringat kembali. Ia memberi tahu kalau sewaktu berbuka puasa terakhir di bulan ramadhan tahun ini, ia amat sedih. Sedih sekali karena ramadhan akan beranjak pergi, sedih teringat mereka-mereka yang sudah pergi terlebih dahulu pasti merasakan kesedihan yang amat dalam karena ramadhan tahun ini benar-benar akan beranjak tinggal menghitung menit, bukan, bahkan bukan menghitung lagi. Tapi, benar-benar sudah beranjak meninggalkan.   Mereka yang sudah lebih dulu pulang merasa senang sama seperti kita yang belum pulang   menikmati bulan suci ramadhan, bulan yang amat special, penuh rahmat,penuh keberkahan, bulan penuh ampunan, bulan penuh keringanan dan bulan

Sedari Awal, Urusan Ini Tidak Pernah Sederhana

Malam ini ia tak bisa tidur cepat, beberapa kali ia coba. Beberapa doa ia ucapkan, berharap membuatnya segera terlelap tidur. Namun, apalah daya semua itu tak mempan untuknya malam ini.  Barangkali, beberapa hari terakhir ini ia teringat kepada temannya, sedikit gusar memikirkan akan rasa bersalahnya, beberapa kali dalam hati berucap permohonan maaf atas telah “mungkin” membuatnya kecewa. Ia lakukan demikian karena ia sedikit berusaha untuk mengikuti kata hatinya untuk kali ini ia harus melakukan apa yang ia rasa nyaman. Ia tak ingin “terpaksa” menyenangkan orang lain, tapi hatinya tak sepenuhnya nyaman melakukannya. Terlebih jika tidak ada rasa “menyayangi” selayaknya terhadap teman. Hanya sebatas perduli satu sama lain terhadap manusia.   Lalu, berpikir tentang teman, seberapa detik kemudian ia mengehela nafas panjang, Ia teringat teman-teman terdekatnya, ia memejamkan mata terbayang senyuman dan tertawaan teman-teman terdekatnya. Ah, begitu ia amat merindukan menatap senyuman da

Piece of Heart Speech ( Is No Longer Good at It?)

Kali ini memang harus Ia akui, ternyata She's no longer good at hiding.  Si dia yang selalu cuek untuk setiap permasalahan sendiri, si dia yang selalu gengsi, khawatir, enggan untuk berkeluh kesah dengan orang-orang terdekat bahkan paling dekat sekalipun. Dulu, it's always fine , she can control, handle and solve all of them. But now, yass trully admit, no longer able to  do that by herself, only. Sebenarnya, memang masih bisa dipaksakan, namun ternayata secara perlahan, lambat laun itu malah semakin menyesakkan, it so hurt even get loss of words,    Baru menyadari ketika semakin berusaha untuk mengatakan,  "confidently can, sure I can handle by myself", cobalah berusaha juga untuk sedikit berusaha Menceritakan apa yang dirasakan dan dipikirkan sama orang-orang yang sure, they are. After doing that, ia merasa memang seperti ada perasaan melegakan, ringan, no matter  get the feedback or not. Dengan hanya mampu melahirkan derasnya embun hangat di dekat orang-orang

Kembali, Hampir Genap Setelah Satu Tahun Lamanya

Terlalu banyak hal untuk diutarakan di penghujung tahun 2019 ini, Begitu banyak cerita yang tak mampu untuk diceritakan satu persatu Terlalu banyak rasa yang tak mampu untuk didefinisikan dengan gamblang Begitu banyak sekali pelajaran yang di setiap episodenya.   Dan, semuanya tak cukup rasanya ku syukuri, dengan apa yang telah Allah berikan Nikmat-Nya begitu luar biasa, tak pernah habis, tak pernah absent sama sekali bahkan setiap detikpun. Berbicara nikmat bukan hanya tentang nikmat yang pada umumnya dilabeli “nikmat yang baik” bentuk nikmat yang manapun terasa sangat nikmat tatkala kita selalu berusaha untuk selalu bersyukur, bersyukur dan terus bersyukur tanpa henti.    Allah, terimakasih banyak atas segala rahmat dan rihdo-Mu, terimakasih untuk setiap apapun yang Engkau berikan kepadaku, rezeqi ; keluarga, pendidikan dan orang-orang yang luar biasa Engkau kirimkan di sekelilingku. Sebab, dari sanalah ku selalu berusaha keras belajar menjadi anak sholehah (Walaupun

Religion Issue? Pilpres 2019?

Hi, what's up world!    Alright, what’re going on with Islam religion and Politics in Indonesia nowadays?  Entah, gue ngga tau kenapa tema yang akan gue tulis kali ini begitu amat menarik buat gue bahas, walaupun iya gue tau mungkin ini akan cukup or even too sensitive.    Sepanjang gue amati beberapa bulan terakhir ini, mengapa akhir-akhir ini orang-orang islam begitu mudahnya melontarkan kata kafir terhadap non-muslim bahkan terhadap sesama orang islam juga? do they really know kapan, ketika bagaimana dan kepada siapa seharusnya  kata demikian disebutkan? terlebih gue ngga ngerti terhadap mereka yang baru aja kemaren belajar memahami agama islam lalu dengan gampangnya melontarkan kata itu terhadap non-islam juga  sesama orang islam. Are you sure for that? para Alim Ulama yang paham agama islamnya udah  luar biasa juga ngga mau sembarangan lho melontarkan kata itu, lah mereka yang masih awam dengan beraninya melontarkan kata demikian. Please guys, kita yang masih sangat

Am I sure? No, I lie.

Hi, teman-teman semua! Semoga teman-teman selalu dalam keadaan sehat wal’afiyat Aaamiin..   Talking about how you love Nabi Muhammad SAW the most, sejenak membawa pikiran kita ke memori masa kecil atau masa-masa ABG, pernah ngga ditanya “Siapa idola favorit kamu?, siapa sih sosok yang kamu gemari? Sontak, masing-masing dari mereka menjawab nama-nama idola favorit mereka, ada yang sebut artis itu, ini dan lainnya. Terus, tiba-tiba ada yang melontarkan pertanyaan “kok kalian ngga jawab Nabi Muhammad SAW?, emang kalian ngga mengidolakan Nabi Muhammad SAW? , dengan pedenya dijawab “Iya kalau mengidolakan Nabi Muhammad SAW jangan ditanyalah, tentu kita pasti mengidolakan Beliau, itu mah jangan ditanya lagilah, itu udah suatu kepastian.   Kemudian.....  Coba kita lontarkan lagi  pertanyaan-pertanyaan tersebut kediri kita masing-masing saat ini. Apakah jawabannya akan sama persis? Ataukah akan dijawab dengan kalimat yang berbeda tapi tetap mengandung makna yang sama?    Jujur, k