Skip to main content

Young Marriage

Beberapa minggu yang lalu di beranda akun facebook gue full of wedding invitations

-posted, begitupun di rumah gue. Emang lagi musim kali ya. Dan gue selalu tersenyum dengan sedikit terkejut pas liat siapa itu yang mo nikah. It's like, is it serious? 

Mulailah di pikiran gue selalu sibuk menari-nari, ada begitu banyak hal yang masuk ke otak gue, yang pengen gue tanya ke orang lain. Tapi, gue ngga kunjung juga tanya banyak hal itu ke orang lain, malah gue juga yang jawab pertanyaan-pertanyaan gue sendiri  dan jadilah opini. 

 

Terus gue mikir lagi, apakah opini gue ini bisa dipahami orang lain apa ngga. So, dari pada disimpen terus,  jadilah gue ceritain apa yang gue pikirkan tentang young marriage ke seseorang yang gue yakini. Yes, I'm sure, She is. Gue ceritaa....

Dulu waktu masih jamannya SMA gue  kurang suka sama yang namanya nikah muda, kurang sukanya ya karena, iya masih muda. Kasian, masih muda udah dibebankan dengan segala macam problematika rumah tangga. Ini terlepas dari nikah itu sunnah Rosulullah (dalam Islam) nikah itu membuka pintu semua jenis rezeqi dan "Iya bagaimana lagi namanya juga tinggal di kampung.

 

Setelah masuk kuliah di tahun 2017 kemaren,  opini gue berubah, gue  suka, kagum sama orang yang memutuskan Nikah Muda.  Mereka begitu luar biasanya siap menjalin bahtera rumah tangga, walaupun pada saat umur yang memang belum memenuhi kapasitasnya. Tapi mereka sama-sama siap untuk menjemput setiap berkah-Nya dan kesiapan hal lainnya. Dan gue kagum karena menurut gue  berdasarkan yang gue amati akhir-akhir ini, untuk jamannya sekarang, daripada terus mengkonsumsi berbagai macam jenis zina, ya memang alangkah lebih baiknya menikah saja. Apalagi mereka yang nikah muda yang memang sudah mengantongi dan paham betul akan ilmu bagaimna cara berumah tangga yang sakinah mawadah dan warrahmah.

 

Tapi, semenjak akhir tahun 2017 sampai sekarang, opini gue tentang nikah muda berubah. Berubah karena dengan segala kejadian, masalah yang gue amati. Baik itu di lingkungan gue, maupun di media sosial.

 

IMO, kesiapan menikah muda itu bukan melulu tentang, Doi memang udah siap, baik dari segi ilmu yang dia kantongi, harta, tahta,  dan hal lainnya. Tapi pula ini tentang menikah itu bukan hanya menyatukan dua sejoli dalam ikatan yang sah,tapijuga  menyatukan tali silaturahmi dua keluarga besar yang perlu dijaga dengan amat sangat baik,dan tentang mentalnya dia, keyakinan yang seyakin-yakinnya, mental yang kuat dan tentunya sikap dewasanya. Kalau dilihat dari segi psikologisnya, entah benar atau tidak, ini hanya opini gue aja, ya setiap umur itu mempunyai kapasitas yang terbatas dalam menampung setiap permasalahan. Jadi, ketika misal dia menikah di umur 18 atau bahkan 17 tahun itu terlalu riskan untuk dia nantinya dalam menghadapi problematika dalam rumah tangga. Doi pasti ngerasa kaget. Karena emang mentalnya doi juga belum siap, belum siap penuh menghadapi segala macam jenis permasalahan dalam pernikahan.Jangankan permasalahan dalam pernikahan, permasalahan yang dalam kapasitas umurnya saja, seperti masalah sama temennya lah, pacarnya,dan permasalahan lainnya dia setresnya luar biasa.

 

Apalagi kalau dia menghadapi permasalahn dalam pernikahan.Ada beberapa orang yang bilang ke gue "nanti juga kalo udah nikah mah pasti dewasa kok" Iya dia akan dewasa, tapi menurut gue dewasanya bukan karena dewasa dengan sendirinya, proses yang natural, tapi dewasa karena terpaksa, terpaksa dengan keadaan hidupnya yang sudah menikah. Karena yang gue amati dewasanya yang menikah muda dan yang menikah di umur yang ideal itu beda, beda banget. Beda dari bagaimana mereka menyikapi permasalahan dalam kehidupan berumah tangga mereka masing-masing.

 

Walaupun katakanlah barangkali masalah itu bisa diselesaikan dengan mereka berdua saja,(yang nikah muda) tapi pada kenyataannya banyak banget yang sedikit-sedikit lapor sama ortunya, dikit-dikit update di media sosial. Padahal itu masalah privacy, masalah rumah tangga mereka, aib mereka. Hasilnya, jadilah orang tua ikut campur dalam rumah tangganya. Jikalau masing-masing orang tuanya amat bijaksana? tawakkal? tapi jika demikian? ujung-ujungnya nasib rumah tangga mereka diujung perceraian.Naudzubillah... 

Well, iya semuanya kembali ke opini masing-masing. karena mereka juga yang sudah berjanji sama Allah dengan disaksikannya ribuan Malaikat untuk bertanggung jawab atas pernikahannya, dan kehidupannya setelah menikah.

 

Setelah gue selesai numpahin opini ini ke seseorang, dia jawab "Semoga setiap problem rumah tangga yang hinggap di depan kita nanti, entah sengaja atau tidak, semoga bisa menjadi "Ibroh" (Pembelajaran) untuk mendewasakan fikiran dan mental kita. Meskipun kita juga tak tau kelak akan seperti apa. Tapi seengganya kita punya tabungan persiapan mental, Insya Allah kita telah dengan sadar mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak. Aamiin...

  

 

Comments

Popular posts from this blog

K E H I L A N G A N

Gue tau, ketika membaca judulnya saja  orang pasti sudah tau akan berbicara tentang apakah part bagian ini.  Kehilangan. Membaca katanya saja sudah mulai sedikit melibatkan hati yang sedikit terasa sesak bukan? jangan bohong. setidaknya jujurlah saja pada dirimu sendiri. Kita semua tahu sedari awal 2020  dibuat terkaget-kaget dengan setiap kepingan-kepingan kejadian. Menyesakkan sekali memang, buatku. Kadang, rasanya terasa sesak sekali. Jiwa terasa diguncang. Gue kira, potongan kepingan itu tidak terjadi di ranah kehidupan gue. Karena gue ngga bisa membayangkan, bahkan terbesit sedikitpun, tidak. Melihat saja mereka yang kehilangan cinta sejatinya, kehilangan super heronya, kehilangan kartini tercintanya, kehilangan beloved child or even children, kehilangan orang-orang terkasihnya,  terasa dihujam beberapa anak panah. Tidak melihat, hanya mendengar perginya beberapa jiwa saudara-saudara di sekeliling saja,  sempurna menciptakan tatapan kosong seketika. Mem...

Am I sure? No, I lie.

Hi, teman-teman semua! Semoga teman-teman selalu dalam keadaan sehat wal’afiyat Aaamiin..   Talking about how you love Nabi Muhammad SAW the most, sejenak membawa pikiran kita ke memori masa kecil atau masa-masa ABG, pernah ngga ditanya “Siapa idola favorit kamu?, siapa sih sosok yang kamu gemari? Sontak, masing-masing dari mereka menjawab nama-nama idola favorit mereka, ada yang sebut artis itu, ini dan lainnya. Terus, tiba-tiba ada yang melontarkan pertanyaan “kok kalian ngga jawab Nabi Muhammad SAW?, emang kalian ngga mengidolakan Nabi Muhammad SAW? , dengan pedenya dijawab “Iya kalau mengidolakan Nabi Muhammad SAW jangan ditanyalah, tentu kita pasti mengidolakan Beliau, itu mah jangan ditanya lagilah, itu udah suatu kepastian.   Kemudian.....  Coba kita lontarkan lagi  pertanyaan-pertanyaan tersebut kediri kita masing-masing saat ini. Apakah jawabannya akan sama persis? Ataukah akan dijawab dengan kalimat yang berbeda tapi tetap mengandung mak...

Religion Issue? Pilpres 2019?

Hi, what's up world!    Alright, what’re going on with Islam religion and Politics in Indonesia nowadays?  Entah, gue ngga tau kenapa tema yang akan gue tulis kali ini begitu amat menarik buat gue bahas, walaupun iya gue tau mungkin ini akan cukup or even too sensitive.    Sepanjang gue amati beberapa bulan terakhir ini, mengapa akhir-akhir ini orang-orang islam begitu mudahnya melontarkan kata kafir terhadap non-muslim bahkan terhadap sesama orang islam juga? do they really know kapan, ketika bagaimana dan kepada siapa seharusnya  kata demikian disebutkan? terlebih gue ngga ngerti terhadap mereka yang baru aja kemaren belajar memahami agama islam lalu dengan gampangnya melontarkan kata itu terhadap non-islam juga  sesama orang islam. Are you sure for that? para Alim Ulama yang paham agama islamnya udah  luar biasa juga ngga mau sembarangan lho melontarkan kata itu, lah mereka yang masih awam dengan beraninya melontarkan kata demikian. P...