Skip to main content

Catatan Harapan (Waktu yang Mengobati itu, adalah Benar)

Catatan ini lahir dari percakapan ia dan seseorang yang begitu random. Percakapan yang seperti biasa diawali obrolan renyah dan menggemaskan dengan foto-fotonya. Sebetulnya,ia ingin menuliskan apa yang akan ingin ia sebenarnya ceritakan ini sedari sore tadi. Namun, ia terlanjur terlelap tidur. Kemudian, di akhir-akhir pembicaraan ia teringat kembali. Ia memberi tahu kalau sewaktu berbuka puasa terakhir di bulan ramadhan tahun ini, ia amat sedih. Sedih sekali karena ramadhan akan beranjak pergi, sedih teringat mereka-mereka yang sudah pergi terlebih dahulu pasti merasakan kesedihan yang amat dalam karena ramadhan tahun ini benar-benar akan beranjak tinggal menghitung menit, bukan, bahkan bukan menghitung lagi. Tapi, benar-benar sudah beranjak meninggalkan.

 

Mereka yang sudah lebih dulu pulang merasa senang sama seperti kita yang belum pulang  menikmati bulan suci ramadhan, bulan yang amat special, penuh rahmat,penuh keberkahan, bulan penuh ampunan, bulan penuh keringanan dan bulan penuh dengan kebaikan lainnnya.  Makannya mengapa bulan ini amat sangat special. Sangat merugilah jika kita tidak memanfaatkan waktu kita, hidup kita dengan sebaik-baiknya di bulan ini. Iya, ia pun merasakan kerugian sekali karena tak becus memanfaatkanya sebaik mungkin. Ia bahkan terlalu sombong serasa akan bertemu lagi dengan bulan ramadhan di tahun-tahun berikutnya. Padahal kita tak pernah tahu, tidak. Kita tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi esok, jam, menit bahkan detik berikutnya.

 

Terlebih ya teman-teman, ramdhan tahun ini jikalau boleh jujur sangat berbeda sekali dengan sebelum-sebelumnya, terlepas bagaimanapun tetap harus selalu disyukuri. Jujur, rasanya sedih sekali, ikut sedih merasakan setiap jiwa yang menahan untuk tidak dulu bertemu sanak keluarga di kampung halaman, sedih tidak bisa sholat berjamaah di masjid, sedih tidak bisa berbuka puasa bareng dengan teman-teman, sedih untuk menahan tidak bertemu orang-orang tersayang, sedih menahan untuk tidak bersalaman, terutama berpelukan yang selalu menjadi moment favoritnya. Juga, sedih sekali membayangkan mereka-mereka yang untuk menikmati sesuap nasi saja sangat kesulitan. Allah kenyangkan dan cukupkanlah dahaga mereka-mereka. Tak terlupa, semoga setiap para pahlawan yang meninggal di medan pertempuran yang sedang terjadi saat ini, meninggal dalam keadaan husnul khotimah, meninggal syahid, menjadi calon penghuni syurga-Mu. Aaamiin. 


 Bagaimanapun seperti yang ia bilang tadi , kita harus tetap bersyukur. Pasti selalu ada hikmah yang sangat baik di setiap apapun, yakinlah dan percayalah. Selalu ada harapan kapan dan dimanapun. Ah, kenapa semakin menuliskan semua ini, semakin menyayat. Terlalu menyesakkan untuk merangkai semua ini. Tangannya semakin bergetar, sesekali ia mengepalkanya, berhenti sejenak, mengatur sesaknya napas.

 

 Allah,, kemaslah setiap perasaan jiwa-jiwa dengan baik, bimbinglah kami untuk bisa mengemas semua yang sedang terjadi ini dengan baik dan apik, jadikanlah kami hati-hati yang selalu cerdas dalam bersyukur atas apa-apa kehendak-Mu. Bimbing kami untuk selalu dan lebih berdamai dengan keadaan, terlebih mendapati ternyata ramadhan tahun ini sudah tak bisa bersama-sama dengan dia,mereka yang sudah pulang terlebih dahulu. Berharap dia, mereka selalu dalam rahmat-Mu. Aaamiin.

 

Juga, berharap sangat semoga dipertemukan dengan bulan suci ramadhan tahun-tahun berikutnya, semoga ia bisa lebih memanfaatkannya dengan amat sangat baik. Berharap, semoga apa-apa yang dilakukan selama ramadhan ini berbuah berkah, menjadi ladang kebaikan kelak di syurga-Mu. Dan.... memohon sangat, amat  keadaan saat ini lekas membaik, SEGERA . Aaamiin ya Allah.

 

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H.

Mohon Maaf Lahir dan Batin  Teman-teman J

Iya kamu teman-teman yang barangkali membaca tulisan ini, yang tak pernah henti memberi arti J

With Love,

Ia.


Comments

Popular posts from this blog

K E H I L A N G A N

Gue tau, ketika membaca judulnya saja  orang pasti sudah tau akan berbicara tentang apakah part bagian ini.  Kehilangan. Membaca katanya saja sudah mulai sedikit melibatkan hati yang sedikit terasa sesak bukan? jangan bohong. setidaknya jujurlah saja pada dirimu sendiri. Kita semua tahu sedari awal 2020  dibuat terkaget-kaget dengan setiap kepingan-kepingan kejadian. Menyesakkan sekali memang, buatku. Kadang, rasanya terasa sesak sekali. Jiwa terasa diguncang. Gue kira, potongan kepingan itu tidak terjadi di ranah kehidupan gue. Karena gue ngga bisa membayangkan, bahkan terbesit sedikitpun, tidak. Melihat saja mereka yang kehilangan cinta sejatinya, kehilangan super heronya, kehilangan kartini tercintanya, kehilangan beloved child or even children, kehilangan orang-orang terkasihnya,  terasa dihujam beberapa anak panah. Tidak melihat, hanya mendengar perginya beberapa jiwa saudara-saudara di sekeliling saja,  sempurna menciptakan tatapan kosong seketika. Mem...

Am I sure? No, I lie.

Hi, teman-teman semua! Semoga teman-teman selalu dalam keadaan sehat wal’afiyat Aaamiin..   Talking about how you love Nabi Muhammad SAW the most, sejenak membawa pikiran kita ke memori masa kecil atau masa-masa ABG, pernah ngga ditanya “Siapa idola favorit kamu?, siapa sih sosok yang kamu gemari? Sontak, masing-masing dari mereka menjawab nama-nama idola favorit mereka, ada yang sebut artis itu, ini dan lainnya. Terus, tiba-tiba ada yang melontarkan pertanyaan “kok kalian ngga jawab Nabi Muhammad SAW?, emang kalian ngga mengidolakan Nabi Muhammad SAW? , dengan pedenya dijawab “Iya kalau mengidolakan Nabi Muhammad SAW jangan ditanyalah, tentu kita pasti mengidolakan Beliau, itu mah jangan ditanya lagilah, itu udah suatu kepastian.   Kemudian.....  Coba kita lontarkan lagi  pertanyaan-pertanyaan tersebut kediri kita masing-masing saat ini. Apakah jawabannya akan sama persis? Ataukah akan dijawab dengan kalimat yang berbeda tapi tetap mengandung mak...

Religion Issue? Pilpres 2019?

Hi, what's up world!    Alright, what’re going on with Islam religion and Politics in Indonesia nowadays?  Entah, gue ngga tau kenapa tema yang akan gue tulis kali ini begitu amat menarik buat gue bahas, walaupun iya gue tau mungkin ini akan cukup or even too sensitive.    Sepanjang gue amati beberapa bulan terakhir ini, mengapa akhir-akhir ini orang-orang islam begitu mudahnya melontarkan kata kafir terhadap non-muslim bahkan terhadap sesama orang islam juga? do they really know kapan, ketika bagaimana dan kepada siapa seharusnya  kata demikian disebutkan? terlebih gue ngga ngerti terhadap mereka yang baru aja kemaren belajar memahami agama islam lalu dengan gampangnya melontarkan kata itu terhadap non-islam juga  sesama orang islam. Are you sure for that? para Alim Ulama yang paham agama islamnya udah  luar biasa juga ngga mau sembarangan lho melontarkan kata itu, lah mereka yang masih awam dengan beraninya melontarkan kata demikian. P...