Skip to main content

Sedari Awal, Urusan Ini Tidak Pernah Sederhana

Malam ini ia tak bisa tidur cepat, beberapa kali ia coba. Beberapa doa ia ucapkan, berharap membuatnya segera terlelap tidur. Namun, apalah daya semua itu tak mempan untuknya malam ini.  Barangkali, beberapa hari terakhir ini ia teringat kepada temannya, sedikit gusar memikirkan akan rasa bersalahnya, beberapa kali dalam hati berucap permohonan maaf atas telah “mungkin” membuatnya kecewa. Ia lakukan demikian karena ia sedikit berusaha untuk mengikuti kata hatinya untuk kali ini ia harus melakukan apa yang ia rasa nyaman. Ia tak ingin “terpaksa” menyenangkan orang lain, tapi hatinya tak sepenuhnya nyaman melakukannya. Terlebih jika tidak ada rasa “menyayangi” selayaknya terhadap teman. Hanya sebatas perduli satu sama lain terhadap manusia.

 

Lalu, berpikir tentang teman, seberapa detik kemudian ia mengehela nafas panjang, Ia teringat teman-teman terdekatnya, ia memejamkan mata terbayang senyuman dan tertawaan teman-teman terdekatnya. Ah, begitu ia amat merindukan menatap senyuman dan tertawaan teman-teman terdekatnya, menatap keduanya di mereka adalah sebuah kebahagiaan yang tiada tara. Begitu indah, terasa sekali nikmat bahagianya. Ia titipkan bagaimana kabar mereka kepada Maha Pemilik. Semoga mereka selalu dalam keadaan sehat wal’afiyat, selalu dalam lindungan-Mu, Allah. Mungkin bagi sebagian orang-orang hal ini terdengar biasa saja atau bahkan berlebihan. Tapi tidak bagiku.

 

Tak cukup disitu, ia juga merindukan pelukan hangat teman-teman terdekatnya iya seringnya ia lebih memilih memeluk temannya ketimbang bersalaman saat di setiap ujung pertemuan. Ia merasa memeluk lebih memberikan kesan hangat juga memberikan kesan bahwa... ah entahlah apa bahasanya, susah sekali untuk menterjemahkan kesan itu. Sejujurnya awal mengapa lebih memilih untuk memeluk adalah karena  beberapa tahun silam lamanya, ia pernah ragu dan malu untuk memeluk teman dekatnya di ujung pertemuan, sesampainya di dalam mobil Bis selama perjalanan ia amat menyesali sekali kenapa ia sangat ragu untuk mendekapnya, padahal itu sangat mudah dilakukan, seharusnya ia lebih cepat memahami terkadang dalam banyak hal termasuk pertemuan tidak terjadi untuk kesempatan kedua. Benar, sampai sekarang kesempatan kedua itu belum Allah hendaki, dan sampai sekarang ia masih merasa menyesal atas rasa malu dan keraguannya kala itu. Semenjak saat itu, hal itu tak ingin terjadi di ujung pertemuan-pertemuan lainnya. Tidak, ia tak ingin merasakan sesal yang berkepanjangan itu, sesal yang tak berkesudahan dengan teman-teman terdekatnya hanya karena malu dan ragu.

 

Ia berhenti sejenak dari tarian jemarinya, ia melirik jam. Ini sudah pukul 12.44 AM waktu beranjak menuju pagi akan semakin cepat dan aku masih terlelap di sepan layar. 2 jam 30 menit lagi waktu sahur dan ia masih saja belum beranjak dari rangkaiannya, iah masih termangu masih saja melanjutkan kalimatnya. Ia mendongakan kepalanya, menatap lamat sejenak dinding.  Ia harus segara tidur, paksakan. Berharap bermimpi indah dan menatap esok hari, lusa dan hari seterusnya dengan harapan yang baru dan tentunya lebih baik lagi. Bukankan begitu setiap manusia baiknya berharap?

 

2 Mei 2020

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

K E H I L A N G A N

Gue tau, ketika membaca judulnya saja  orang pasti sudah tau akan berbicara tentang apakah part bagian ini.  Kehilangan. Membaca katanya saja sudah mulai sedikit melibatkan hati yang sedikit terasa sesak bukan? jangan bohong. setidaknya jujurlah saja pada dirimu sendiri. Kita semua tahu sedari awal 2020  dibuat terkaget-kaget dengan setiap kepingan-kepingan kejadian. Menyesakkan sekali memang, buatku. Kadang, rasanya terasa sesak sekali. Jiwa terasa diguncang. Gue kira, potongan kepingan itu tidak terjadi di ranah kehidupan gue. Karena gue ngga bisa membayangkan, bahkan terbesit sedikitpun, tidak. Melihat saja mereka yang kehilangan cinta sejatinya, kehilangan super heronya, kehilangan kartini tercintanya, kehilangan beloved child or even children, kehilangan orang-orang terkasihnya,  terasa dihujam beberapa anak panah. Tidak melihat, hanya mendengar perginya beberapa jiwa saudara-saudara di sekeliling saja,  sempurna menciptakan tatapan kosong seketika. Mem...

Am I sure? No, I lie.

Hi, teman-teman semua! Semoga teman-teman selalu dalam keadaan sehat wal’afiyat Aaamiin..   Talking about how you love Nabi Muhammad SAW the most, sejenak membawa pikiran kita ke memori masa kecil atau masa-masa ABG, pernah ngga ditanya “Siapa idola favorit kamu?, siapa sih sosok yang kamu gemari? Sontak, masing-masing dari mereka menjawab nama-nama idola favorit mereka, ada yang sebut artis itu, ini dan lainnya. Terus, tiba-tiba ada yang melontarkan pertanyaan “kok kalian ngga jawab Nabi Muhammad SAW?, emang kalian ngga mengidolakan Nabi Muhammad SAW? , dengan pedenya dijawab “Iya kalau mengidolakan Nabi Muhammad SAW jangan ditanyalah, tentu kita pasti mengidolakan Beliau, itu mah jangan ditanya lagilah, itu udah suatu kepastian.   Kemudian.....  Coba kita lontarkan lagi  pertanyaan-pertanyaan tersebut kediri kita masing-masing saat ini. Apakah jawabannya akan sama persis? Ataukah akan dijawab dengan kalimat yang berbeda tapi tetap mengandung mak...

Religion Issue? Pilpres 2019?

Hi, what's up world!    Alright, what’re going on with Islam religion and Politics in Indonesia nowadays?  Entah, gue ngga tau kenapa tema yang akan gue tulis kali ini begitu amat menarik buat gue bahas, walaupun iya gue tau mungkin ini akan cukup or even too sensitive.    Sepanjang gue amati beberapa bulan terakhir ini, mengapa akhir-akhir ini orang-orang islam begitu mudahnya melontarkan kata kafir terhadap non-muslim bahkan terhadap sesama orang islam juga? do they really know kapan, ketika bagaimana dan kepada siapa seharusnya  kata demikian disebutkan? terlebih gue ngga ngerti terhadap mereka yang baru aja kemaren belajar memahami agama islam lalu dengan gampangnya melontarkan kata itu terhadap non-islam juga  sesama orang islam. Are you sure for that? para Alim Ulama yang paham agama islamnya udah  luar biasa juga ngga mau sembarangan lho melontarkan kata itu, lah mereka yang masih awam dengan beraninya melontarkan kata demikian. P...